Ummu Al-Lathiifah menyapa

Sabtu, 21 Agustus 2010

Keutamaan Membaca dan Menghafal al-Qur`an

Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang tetap istiqamah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman.

Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad selama 23 tahun. Ia adalah kitab suci umat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya.

Di samping itu, kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga hapalan tersebut agar jangan terlupakan, karena hal itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-Qur`an dari perubahan dan penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan salah satu bukti terjaganya al-Qur’an adalah tersimpannya di dada para penghapal al-Qur’an dari berbagai penjuru dunia, bangsa arah dan ajam (non arab).

Banyak sekali anjuran dan keutamaan membaca al-Qur’an, baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, di antara perintah membaca al-Qur`an adalah: firman Allah swt:

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (al-Qur’an).. (QS. al-Kahfi:27).

Dan firman-Nya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an). (QS. al-’Ankabut:45)

Dan firman-Nya:

Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. * Dan supaya aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia). “. (QS. an-Naml:91-92)

Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah Rasulullah SAW adalah:

1. Menjadi manusia yang terbaik:

“Dari Utsman bin ‘Affan rad, dari Nabi saw, beliau bersabda:

‘Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.” HR. Al-Bukhari.

2. Kenikmatan yang tiada bandingnya:

Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda:

“Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang al-Qur`an, maka dia melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan siang hari. Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan sepanjang hari dan malam.”Muttafaqun alaih.

3. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat: dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya).” HR. Muslim.

4. Pahala berlipat ganda: dari Ibnu Mas’ud rad, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘alif laam miim’ satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” HR. At-Tirmidzi.

5. Dikumpulkan bersama para malaikat: dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, ‘Nabi Muhammad SAW bersabda:

Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir dalam membacanya maka ia dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” Muttafaqun ‘alaih.

Inilah sebagian dari anjuran dan keutamaan membaca al-Qur`an, dan yang perlu diingat bahwa pahala membaca al-Qur`an diperoleh bagi siapa pun yang membacanya, walau tidak memahami makna dan tafsirnya. Kendati kalau bisa memahaminya pahalanya tentu lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Sebagian ulama menyebutkan beberapa hikmah keistimewaan membaca al-Qur`an yang pahalanya bisa diperoleh kendati tidak memahamainya, di antaranya adalah:

  1. Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari perubahan dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab sebelumnya.
  2. Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat persatuan agama, dan memudahkan sarana komunikasi di antara mereka serta memperkokoh barisan mereka.
  3. Sebagai langkah pertama bagi pembaca al-Qur`an untuk tadabbur, memahami dan mengamalkan al-Qur`an.

Salafus shalih dan al-Qur’an:

Berdasarkan anjuran-anjuran dan keutamaan-keutamaan di atas, para salaf sangat bersungguh-sungguh dalam memperbanyak membaca al-Qur`an dan menghapalnya, karena mengharapkan keutamaan dan pahala ini, serta karena cinta terhadap Kitabullah dan mendapatkan kenikmatan dengan membacanya.

Imam Abdurrahman al-Auza’i rahimahullah berlata: ‘Ada lima perkara yang selalu dipegang para sahabat nabi dan para tabi’in yang mengikuti langkah mereka dalam kebaikan: Selalu bersama jama’ah kaum muslimin, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca al-Qur`an dan jihad fi sabilillah.”

Di antara para sahabat yang masyhur selalu bersama al-Qur`an adalah Utsman bin Affan RA, sehingga diriwayatkan bahwa beliau pernah berkata: ‘Jikalau hati kamu bersih niscaya kamu tidak pernah kenyang dari Kalamullah.”

Di antaranya lagi adalah Abdullah bin Amar bin Ash rad, seperti yang diriwayatkan dalam shahih tentang dialognya bersama Rasulullah SAW, hingga akhirnya Rasulullah SAW memintanya agar membaca dan mengkhatamkan al-Qur`an dalam tujuh hari.’[1]

Para salaf rahimahullah merasakan ketenangan dan kenikmatan saat membaca al-Qur`an, karena ia adalah Kalamullah yang tidak pernah bosan membacanya dan tidak pernah jemu mendengarnya. Allah SWT menghilangkan rasa jemu dan bosan dari pembaca dan pendengarnya dengan keikhlasan dan kebenaran iman, untuk memudahkan membaca dan mendengarnya. Firman Allah SWT:

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)

Inilah rahasia perkataan Utsman bin Affan RA: ‘Jikalau hati kamu bersih niscaya kamu tidak pernah kenyang dari Kalamullah.” Itulah penyebab mereka selalu membaca al-Qur`an dan menjaga hizib mereka. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Carilah kenikmatan dalam tiga perkara: shalat, al-Qur`an dan doa. Jika kamu mendapatkannya maka pujilah Allah SWT atas hal itu, dan jika kamu tidak mendapatkannya maka ketahuilah bahwa pintu kebaikan telah ditutup atasmu.”[2]

Para salaf selalu berpegang teguh terhadap sunnah nabawiyah dalam berbagai aspek kehidupan mereka, tanpa terkecuali dalam hal membaca al-Qur`an. Abul ‘Aliyah ar-Rayahi berkata: “Kami adalah budak yang dimiliki orang, di antara kami ada yang membayar dharibah, ada pula yang melayani keluarganya. Kami mengkhatamkan al-Qur`an setiap malam, maka hal itu terasa berat bagi kami. Lalu kami mengkhatamkan setiap dua malam, ternyata juga merasa berat. Lalu kami mengkhatamkan setiap tiga malam, lalu kami merasa berat, sehingga kami saling mengeluh satu sama lain. Kami menemui Rasulullah SAW, maka beliau mengajarkan kepada kami agar mengkhatamkan setiap jum’ah, maka kami bisa shalat dan tidur, dan kami tidak merasa berat.”[3]

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Sepantasnya seseorang menjaga rutinitas dan memperbanyak membaca al-Qur`an. Para salaf mempunyai kebiasaan yang bervariasi dalam mengkhatamkan al-Qur`an. Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa di antara mereka ada yang mengkhatamkan setiap dua bulan, ada yang setiap bulan, ada yang setiap sepuluh hari. Dan dari sebagian mereka ada yang mengkhatamkan setiap delapan hari, dan dari kebanyakan mereka adalah mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh malam. Dan dari sebagian mereka ada yang mengkhatamkan setiap tiga hari. Dan yang terbaik bahwa hal itu berbeda menurut tugas dan kewajiban seseorang.

Apabila dengan pelan ia bisa memahami makna dan tafsirnya secara baik, maka hendaklah ia membaca menurut kadar yang ia bisa mendapatkan kesempurnaan pemahaman yang dia baca. Demikian pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu (mengajar, berdakwah dan sejenisnya) maka hendaklah membatasi diri agar tidak mengurangi tugas utamanya. Dan jika bukan seperti golongan di atas dan tidak punya tugas yang lain, maka hendaklah ia memperbanyak membacanya sebatas kemampuannya yang tidak menyebabkan rasa bosan.[4]

Perhatian Salaf Dalam Menghapal al-Qur`an:

Para salaf tidak hanya memberi perhatian terhadap membaca al-Qur`an lewat mushhaf, bahkan mereka berlomba-lomba dalam menghapalnya, dan Allah SWT telah memberikan kemudahan dalam membaca dan menghapalnya bagi siapa pun yang ingin mengharapkan pahala dan berminat menghapalnya. Firman Allah SWT:

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)

Ibnu Abbas RA berkata: ‘Kalau bukan karena kemudahan yang diberikan Allah SWT kepada manusia niscaya tidak ada seorang pun yang bisa membaca Kalamullah.[5] Dan di antara kemudahannya adalah mudah dibaca dan menghapalnya.

Di antara keutamaan menghapal al-Qur`an adalah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya orang yang tidak ada sedikitpun al-Qur`an di dalam rongganya, ia seperti rumah yang runtuh.”[6]

Dan Beliau mengutamakan di antara para sahabatnya menurut kadar hapalan al-Qur`an mereka, apabila mengutus pasukan beliau mengangkat imam dalam shalat bagi yang paling banyak hapalannya, mengedepankan di liang lahat bagi yang paling banyak hapalannya. Maka banyak sekali dorongan dan motivasi untuk lebih giat menghapal al-Qur`an. Memang tidak disebutkan secara pasti berapa jumlah sahabat yang hapal al-Qur`an, namun cukup sebagai bukti banyak yang hapal al-Qur`an, bahwa dalam perang Yamamah telah terbunuh tujuh puluh orang sahabat yang hapal al-Qur`an.

Di antara contoh penghapal al-Qur`an dari para sahabat, hadits Ibnu Mas’ud RA, ia berkata: ‘Aku hapal dari mulut Rasulullah SAW lebih dari tujuh puluh surah.”

Demikianlah sebagian di antara keutamaan membaca dan menghapal al-Qur’an, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jumat, 20 Agustus 2010

Perjuangkan Obsesimu!!!!!! ^_^

Perjuangkan Obsesimu Sampai Akhir Hayat

31/12/2009 | 14 Muharram 1431 H | Hits: 3.257
Oleh: Ulis Tofa, Lc
Kirim Print
dakwatuna.com – Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.
الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في الدنيا وفي دار القرار.
اللهم صل وسلم وبارك وأنعم على  سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد: فاتقوا الله ـ عباد الله ـ حق التقوى
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,
Momentum pergantian tahun, apakah tahun baru hijriyah atau tahun baru masehi di mata orang mukmin memiliki arti yang sangat mendalam. Pergantian waktu itu tidak lah terjadi begitu saja. Pergantian waktu menjadi bagian tanda-tanda kekuasaan Allah swt., sekaligus menjadi tadzkirah, pengingat bagi manusia bahwa setiap makhluk yang berada di muka bumi, pasti akan berlalu, berlalu sebagaimana waktu pasti terus berganti. Allah swt. berfirman:
“Maha Berkah Dzat yang di Tangan-Nyalah kerajaan. Dan Dia Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yaitu, Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, mana di antara kalian yang paling baik amalnya.” Al-Mulk:1-2.
“Kafaa bilmauti waidza. Cukuplah kematian itu sebagai pengingat –bagi yang masih hidup-.” Begitu taujih Rasulullah saw.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,
Di akhir tahun 2009 ini, bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI ke Empat, KH. Abdur Rahman Wahid –semoga Allah swt. menerima amal kebaikannya dan mengampuni segala kekhilafan nya-. Banyak yang kaget, shock, terutama keluarganya. Namun yang namanya kematian, kalau sudah waktunya, ia tidak bisa ditangguhkan, juga tidak bisa diminta dimajukan sedetik pun. Innaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’un.
Pun, umat-umat terdahulu yang umurnya ratusan bahkan ribuan tahun, semua tinggal kenangan. Mereka hanya meninggalkan sejarahnya, sejarah gemilang atau sebaliknya, sejarah kelam. Seorang penyair bersenandung:
Innamaa antum ayyam
Idzaa madzaa minka yaumun
Madza ba’dhah
Kalian adalah rangkaian dari hari-hari
Jika satu hari telah lewat
Berlalulah sebagiannya
Allah swt. berfirman: “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” Ali imran:134
Pergantian tahun adalah juga bermakna berkurangnya umur dunia ini. Berarti hari kiamat kian dekat satu tahun dibanding tahun lalu.
“Setiap orang yang berada di atas bumi pasti akan hancur. Dan Wajah Tuhanmu selamanya Kekal, Dzat yang Maha Tinggi lagi Mulia.” Ar-Rahman: 26-27
Jangan sampai kematian merenggut jiwa kita, sedangkan kita belum siap menghadapinya, sebab ketidaksiapan menjemput maut akan mendatangkan penyesalan berkepanjangan.
Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” Al-Fajr: 23-24
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Jika kematian terus mengintai setiap yang masih hidup, Lalu apa yang perlu kita persiapkan?
Pertama, segera beristighfar, bertoba dan perbaiki diri.
Menyesali segala alpa dan khilaf yang selama ini memperdaya dan menjerumuskan pada kemaksiatan. Kita sadar bahwa setiap manusia pasti pernah salah,  karena “Summiyal insanu insanan linis-yatihi, manusia dikatakan insan, karena sering lupa dan khilafnya.”
Rasulullah saw. memberi contoh akan kesadaran beristighfar, walau beliau tidak pernah salah, beliau setiap hari beristighfar tujuh puluh sampai seratus kali.
Dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman, Rasulullah saw. bersabda: “Wahai anak Adam, selagi kamu berdoa dan mengharap (ampunan) kepada-Ku, Aku ampuni kesalahan sebesar apapun kesalahan itu, dan Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, andai dosamu seluas langit, lalu kamu beristighfar meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni semuanya, Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, jika kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan s- hamparan bumi, kemudian kamu meninggal tidak menyekutukan Aku dengan apa pun, Sungguh Aku akan mencurahkan ampunan seluas hamparan bumi tersebut.” At-Tirmizi, dihasankan Imam Al-Albani.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)
Kedua, luruskan niat, tegaskan tujuan hidup
Seorang muslim tidak boleh larut dalam putus asa dari rahmat Allah. Tidak boleh bersedih meratapi musibah yang menimpanya. Ia harus bangkit kembali, dengan menegaskan tujuan hidup dan meluruskan niat. Sebab, seseorang yang sudah bertobat, berarti ia telah kembali bersih, laksana baru lahir. “Tobat menghapus kesalahan yang telah lalu.” Imam Bukhari
Hidup adalah untuk ibadah. Waktu adalah pahala, bukan sekedar materi. Allah swt. berfirman: “Wahai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian, Dzat yang telah Menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian. Agar kalian bertaqwa.” Al-Baqarah:21
Kembali kita segarkan kompas hidup kita. Kembali kita mantapkan arah tujuan keberadaan kita di muka bumi ini. Yaitu ikrar, “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadah sunnahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Al-An’am:162
Ketiga, canangkan dan wujudkan obsesi hidup
Umar bin Abdul Aziz mencontohkan kepada kita, untuk memiliki obsesi dan cita-cita besar. Suatu ketika ia menegaskan: “Inna lii nafsan thawwaqah. Sungguh saya memiliki obsesi yang sangat besar. Atamanna an akuna amiran limadinatir Rasul. Sungguh saya bermimpi menjadi gubenur Madinah, tempat mercusuar keilmuan dan peradaban, saya siapkan diri untuk itu, dan karenanya saya mewujudkannya. Isytaqqattu an atazawwaja Fatimah binti Abdul Malik Khalifatal muslimin. Saya bermimpi suatu saat bisa mempersunting Fatimah putri Khalifah Abdul Malik, saya berjuang untuk itu dan karenanya saya mendapatkannya. Saya berharap menjadi hafizhul Qur’an, dan saya membuktikannya. Saya bercita-cita menjadi khalifah umat muslim dunia, saya pun meraihnya. Dan saya pun berharap agar Allah swt. memasukkan diriku di dalam jannah-Nya.”
Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,
Di momentum pergantian tahun ini, kita canangkan obsesi hidup kita, baik secara personal maupun secara komunal. Secara personal, obsesi setiap manusia beda-beda, sesuai kebutuhan masing-masing. Obsesi untuk merubah status hidup menjadi berumah tangga, misalkan. Menguatkan kembali hubungan keluarga. Berprestasi di tempat kerja atau di tengah-tengah masyarakat, dan seterusnya.
Pun obsesi secara komunal, apalagi sebagai pemimpin. Obsesi untuk memberantas tindak pidana korupsi. Cita-cita mewujudkan pemerintahan dan instansi yang good government dan clean government dan seterusnya. Obsesi itu, tidak sekadar live servis semata, namun kesungguhan yang sebenarnya, karena kebenaran obsesi itulah yang akan mewujudkannya.
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)
Saatnya kita gunakan sisa umur kita untuk mewujudkan obsesi tertinggi kita, “fiddunya hasanah wafilakhirati hasanah. Yaa Allah kami memohon ridha dan surga-Mu. Yaa Allah kami berlindung diri dari murka dan neraka-Mu.” Amin
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم.